Mappadendang dimulai dengan penampilan tari mappadendang. Dalam tarian ini para pria akan menumbuk alu kosong dengan irama tertentu. Setelah itu para wanita akan menari diiringi musik atau kecapi. Penari pria akan menggunakan lilit kepala serta berbaju hitam, seluar lutut kemudian melilitkan kain sarung hitam bercorak. Sedangkan para wanita wajib menggunakan baju bodo, baik saat menari maupun saat menumbuk alu.
Alat yang digunakan dalam Mappadendang seperti:
Lesung panjangnya berukuran kurang lebih 1,5 meter dan maksimal 3 meter. Lebarnya 50 cm Bentuk lesungnya mirip perahu kecil (jolloro) namun berbentuk persegi panjang.
Enam batang alat penumbuk yang biasanya terbuat dari kayu yang keras ataupun bambu berukuran setinggi orang dan ada dua jenis alat penumbuk yang berukuran pendek, kira-kira panjangnya setengah meter.
Seiring dengan nada yang lahir dari kepiawaian para penumbuk, biasanya dua orang laki-laki melakukan tari pakarena. Isi lesung yang ditumbuk berisi dengan gabah atau padi ketan putih/hitam (ase puli bahasa bugis) yang masih muda dan biasanya kalau musim panen tidak dijumpai lagi padi muda, maka biasanya padi tua yang diambil sebagai pengganti, akan tetapi sebelum ditumbuk padi itu terlebidahulu direbus selama 5 sampai 10 menit atau direndam air mendidih selama 30 menit kemudian di sangrai dengan menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat tanpa menggunakan minyak dengan memakai api dari hasil pembakaran kayu.