Kepercayaan masyarakat terhadap mata air panas Lejja sudah ada sebelum masuknya Islam di Soppeng. Sebelumnya, mata air dijadikan tempat memberi sesajen ketika hasil tani masyarakat berhasil sebagai bentuk ucapan syukur masyarakat sehingga biasanya ketika sudah Lebaran itu pasti ramai orang pergi makan-makan di dekat mata air. Di sektar mata air, juga terdapat pepohonan tempat menggantung botol atau pun batu yang berisi air dengan meyakininya sebagai tempat menggantungkan harapan. Akan tetapi saat ini kepercayaan itu sudah mulai berkurang.
Dahulu Pemandian Air Panas Lejja hanyalah sumber mata air panas alami biasa, dan dipercayai sumber mata air panasnya berasal dari sebuah pohon tua yang berusia ratusan tahun. Yang diyakini sejak dulu bahwa air panasnya berkhasiat dan mampu menyembuhkan beragam penyakit kulit serta dapat mendatangkan keberuntungan sehingga banyak pengunjung yang bernazar dekat sumber mata air tersebut. Dan jika nazarnya terkabul maka dia harus menyembelih hewan di tempat tersebut. Namun karena sekarang merupakan kawasan objek wisata, maka kegiatan tersebut dilarang dan digantikan dengan meletakkan telur ayam, daging sapi atau daging kambing dekat sumber mata air panas.
Jika anda berkunjung ke tempat ini, tak heran jika melihat pengunjung yang menyatakan syukur di mata air ini.