Pesta Rakyat Desa Citta ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya serta menumbuhkan semangat kebersamaan dan gotong royong antar sesama dengan harapan pelestarian Budaya ini bisa diwarisakan dari masa ke masa untuk anak cucu kita , Selaian itu acara Pesta Rakyat ini dijadikan sebagai wadah silaturhmi dan berkumpul sama-sama untuk menyaksikan berbagai macam pertunjukan tradisional beberpa rangkaian penampilan acara budaya diantaranya : 1.Tari-tari Acara ritual penyambutan dan tari penyampaian rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan YME atas rakhmat dan perlindunganNYA kepada segenap warga – ini antara lain terdiri dari rangkain tari-tarian dan acara “mabbiessu”, 2.Ritual “maggere tedong”, yakni pemotongan khewan kurban (kerbau) dengan segala rangkaian ritual, memendikan (mensucikan), pembacaan mantera-mantera penolak bala tertentu, dan upacara pemotongan; pensucian dan pemandian kepala kerbau pada aliran mata air yang jernih, dan sebagainya oleh tua-tua adat masyarakat setempat – serta peramuan masakan daging kerbau untuk dinikmati bersama peserta Pesta Rakyat
Berbagai acara ritual atau permainan lainnya antara lain: Mappadendang, Mappabitte manuk; Mattojang; Maggenrang, Mabbacing pacing; Maddaga; disertai iringan berbagai tari-tarian yang sudah sangat jarang dijumpai saat ini.
permainan mattojang, atau berayun, dilakukan dengan memancang batang kayu (umumnya kayu kapuk) berdiameter pangkal sekitar 30 cm, dengan panjang lebih dari 12 meter, ditanam berbentuk segi tiga, di mana ujung atasnya diikat menjadi satu sebagai titik atas gantungan ayunan. Ayunan berbentuk kotak pelana (criddle) dengan panjang gantungan ayunan sekitar 10 m dari semacam tali yang dibuat dari kulit kerbau (larik – Bugis). Orang yang akan bermain ayunan (umumnya gadis-gadis remaja tanggung), terlebih dahulu didandani dengan pakaian adat yang serba cerah warnanya, lalu dibacakan mantera-mantera oleh tetua adat yang kompeten, lalu dinaikkan ke kotak pelana dengan kedua kaki tergantung sekitar 70 cm dari permukaan tanah. Penarikan dan pendorong ayunan dilakukan oleh dua pasang lelaki yang berbadan kekar secara lari sambil menarik bergantian dengan menggunakan tali besar sampai pelana dudukan mencapai ketinggian ayunan sekitar tujuh meter dari permukaan tanah berayun bolak balik sampai hitungan sekitar 20 kali berayun-ayun.
terselenggaranya kegiatan ini tak terlepas dari dukungan dan peran Serta Pemerintah Kecamatan Citta bersama Pemerintah Desa lingkup Kecamatan Citta serta para tokoh adat, tokoh Pemuda, tokoh Masyarakat lainya serta wujud kejasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan .