Pada Zaman dahulu Desa Pacellekang merupakan salah satu wilayah bagian sebelah utara dari kerajaan Gowa, yang dipimpin oleh seorang Gallarrang yakni "Gallarrang Pacellekang" pada saat itu warga masyarakat yang paling dirasakan adalah situasi keamanan yang tidak kondusif, dan sangat meresahkan masyarakat, kejadian itu terutama dimalam hari dan berlangsung dalam waktu yang lama seperti : pencurian, perampokan, pemerkosaan dan bahkan pembunuhan dengan cara yang sadis dan mengerikan. melihat situasi yang memilukan ini, jeritan hati masyarakat Pacellekang pada khususnya dengan situasi dan kondisi keamanan masyarakat Kerajaan Gowa pada umumnya maka Gallarrang Pacellekang juga turut merasakannya; dan segera mengambil tindakan pemulihan keamanan yaitu mengumpulkan semua Gallarang Tubarani (Paklapak barambang) diwilayah Gallarrang Pacellekang yakni:
Beberapa tubarani ini direkrut dalam satu kelompok kekuatan sebagai perisai Gallarrang Pacellekang yang diberi nama "Paklapak Barambangna Gallarrang Pacellekang " dengan julukan "Jangang Lappunna Pacellekang" kumpulan Gallarak Tubaraniyang berjumlah
7 (tujuh) orang ini termasuk Jawara-Jawara Kampung disatukan dalam satu kekuatan untuk menjaga dan menjamin terjadinya gejolak dan kisruh yang terjadi ditengah-tengah masyarakat baik sumbernya dari dalam wilayah lebih-lebih jika sumbernya dari luar wilayah Gallarang Pacellekang. Gallarrang tubarani ini pula yang mengatur ronda malam secara tertib, dan bergiliran dan jika melanggar diberi sangsi kerja bakti 1(satu) hari penuh. Tujuh Gallarak Tubarani ini pula yang menjalankan budaya assamaturu, akbulo sibatang ditengah-tengah masyarakat seperti ada acara pesta perkawinan, membangun rumah, membuat jembatan/titian bambu penyeberangan serta merintis jalanan Desa.
Adapun basis pertahanan/benteng kekuatan "Jangang Lappunna Pacellekang berada di wilayah Gallarak Tubaranina Ballak Tallu Batua". Tempatnya strategis, posisinya disebelah sungai serta musuh yang datang dari wilayah bagian utara Kerajaan Gowa, tempat ini merupakan jalan poros umum yang biasa dilewati para perusuh gerombolan, dan melewati jembatan titian bambu. Nah, disinilah para Jawara Jangan Lappunna Pacellekang " berperang bertempur mati- matian melawan musuh yang datang, dan konon selama peperangan yang pernah terjadi belum pernah ada musuh berhasil melewati pertahanan Jangang Lappunna Pacellekang, kecuali mundur dan pulang memutar arah mencari jalan lain, itulah sebabnya kampung ini diberi nama "Pa'bundukang" artinya pertempuran/peperangan. situasi inilah yang terjadi selama bertahun-tahun tempo dulu.
Seiring berjalannya waktu situasi dan kondisi keamanan lambat laun dapat terkendali, aman dan kondusif, kehidupan masyarakat pun mulai aman, tenang dan dapat beraktivitas dengan bebas, bercocok tanam padi dan panen raya satu kali setahun, hasilnya sangat memprihatinkan, jauh dari cukup. Akhirnya ramai- ramai membuka ladang menanam tanaman lain sebagai penyambung hidup keluarga seperti ; ubi kayu, ubi jalar, jagung, pisang dan beberapa tanaman jangka pendek lainnya dan dilakukan secara berpindah-pindah dari ladang yang baru keladang baru lainnya.
Pada saat itu ada beberapa Tubarani yang direkrut dari daerahtersebut. Tubarani itu kemudian beradadalam satu kelompok yang bernama Kampong Pacellekang yang dibentuk oleh distrik Pattallassang yang waktu itu di jabat oleh ABD. RAHIM DAENG TIRO setelah diadakan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades Pertama) pada tahun 1965 pada saat itu distrik Pattallassang masih menyatu dengan Kecamatan Bontomarannu. Kemudian Kecamatan Bontomarannu di mekarkan sebagian wilayahnya menjadi Kecamatan Pattallassang. Pada waktu itu Desa Pacellekang memiliki 4 Dusun antara lain : Dusun Pa’bundukang, Dusun Pattiro, Dusun Bangkala, dan Dusun Moncongloe.
Pada tahun 2000 atas Pemerintahan H. DURU DG NYOMBA. Wilayah Desa Pacellekang dimekarkan menjadi 3 Desa yaitu, Desa Je’nemadinging, Desa Sunggumanai dan sebagian wilayahnya masuk ke Desa Panaikang.
Sekarang Desa Pacellekang memiliki 4 Dusun yaitu :
Desa Wisata memiliki berbagai keunikan dan keunggulan yang membuatnya menjadi tujuan wisata yang menarik. Berikut adalah beberapa poin yang bisa diangkat:
1. Keunikan budaya yang dimiliki oleh desa pacellekang antara lain : Pesta Panen Raya atau disebut dengan Padengka ase lolo, Musik tradisional berupa Sinrilik, Pakacaping, Pagangrang, Tari Paddupa, Angngaru, wisata religi berupa Barasanji di setiap hajatan warga serta Pasukan berkuda untuk iringan pengantin dan tamu khusus
2. Keindahan alamnya menjadi daya tarik utama para wisatawan. yakni suasana pedesaan dengan keindahan alam pertanian (hamparan puluhan hektar lahan padi) Luasnya hamparan perkebunan singkong, perbukitan, Panorama sunset dan sunrise.
3. Desa Pacellekang sedang membangun inovasi desa wisata dengan konsep Wisata terpadu yakni Objek wisata kampung lobster diintegrasikan dengan berbagai objek dan tujuan wisata dalam satu titik lokasi yakni Agrowisata, ekowisata, eduwisata, wisata budaya, dan wisata kuliner, Pada titik ini kita kembangkan budidaya lobster Air Tawar dan menjadi pusat riset Lobster dari berbagai kampus, tempat magang mahasiswa, pelatihan budidaya, kolam lobster diintegrasikan dengan sayuran aqua ponik, wisata kuliner dan pertunjukan seni dan budaya bagi para pengunjung atau wisatawan
4. Desa pacellekang memiliki beraneka ragam makanan khas yang dapat disuguhkan sebagai jamuan para pengunjung maupun dapat dijadikan oleh-oleh khas, antara lain ; Kue Baruasa, Taritaripang, Barongko, waje, dodol, kaddo'boddong serta minuman sarabba dan aneka buah hasil kebun masyarakat (Rambutan, Jagung rebus, Semangka, Nangka dll)
5. Terdapat beberapa produk kreatif masyarakat yang berbasis pada kearifan lokal, diantaranya es cream dari daun kelor, bumbu masak dari cangkang lobster, dan aneka keripik singkong
Desa wisata agro adalah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk kunjungan Anda:
1. Pahami Jadwal dan Musim Tanam: Sebelum berkunjung, cobalah untuk mengetahui jadwal dan musim tanam di desa tersebut. Ini akan membantu Anda mengetahui apa yang bisa Anda lihat dan lakukan saat berkunjung.
2. Ikuti Tur Petani Lokal: Jika tersedia, ikuti tur yang dipandu oleh petani lokal. Mereka akan memberi Anda wawasan tentang cara mereka menanam dan memanen tanaman, serta tantangan dan keberhasilan mereka.
3. Cicipi Produk Lokal: Jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi produk lokal. Bisa berupa buah segar, sayuran, atau produk olahan seperti sari buah, madu, atau minuman fermentasi.
4. Pakaian yang Nyaman: Kenakan pakaian yang nyaman dan sepatu yang cocok untuk berjalan di ladang atau kebun. Jangan lupa bawa topi dan tabir surya untuk melindungi diri dari sinar matahari.
5. Belajar dan Menghargai: Gunakan kesempatan ini untuk belajar tentang pertanian dan menghargai kerja keras petani.
6. Bawa Pulang Oleh-oleh: Jika ada produk lokal yang Anda sukai, jangan ragu untuk membawanya pulang sebagai oleh-oleh. Ini adalah cara yang baik untuk mendukung ekonomi lokal.